SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI, SUGENG RAWUH, SUGENG LENGGAH SINAMBI NYIMAK

Senin, 21 Desember 2015

INDAHNYA JADI GURU PENYAYANG


TERNYATA peserta didik dewasa ini tidak lagi membutuhkan guru ‘keras’ dalam arti pemarah atau yang sejenisnya. Guru keras atau mengarah ke guru kaku terbukti tidak lagi disenangi anak-anak. Untuk mengelola kelas ternyata tidak lagi diperlukan wajah bengis seorang guru. Guru bengis malah menjengkelkan.
Dari beberapa kelas yang kebetulan saya masuk untuk mengisi waktu jam mengajar karena gurunya beralangan hadir, saya mendapatkan informasi sekaligus kesimpulan bahwa guru yang disenangi peserta didik adalah guru yang menyenangkan peserta didik itu sendiri.
Guru yang dengan senyumnya mampu menguasai kelasnya. Sebaliknya, para guru yang sukanya marah dan menyalahkan saja akan membuat siswa bosan. Model guru begini benar-benar tidak menyenangkan.
Kalau dulu para guru ‘killer’ (sebutan oleh siswa terhadap guru yang pemarah sekaligus pelit memberi nilai) sangat dianggap guru terbaik oleh Kepala Sekolah maka saat ini para guru pembengis itu tidak lagi diterima siswa. Bisa jadi para siswa saat ini akan memberontak jika terus-menerus dikerasi tanpa alasan yang jelas.       Kepala Sekolah pun tidak lagi menganggap guru seperti ini sebagai guru yang baik.
Saat ini guru penyayang kepada peserta didik adalah guru yang menjadi favorit peserta didik. Mereka memang tidak minta dimanja tapi mereka sudah tidak dapat menerima lagi para guru yang berkarakter pemarah. Sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit marah. Kesalahan sedikit saja dilakukan siswa, langsung marah. Benar-benar terasa kaku oleh para siswa; maka guru seperti ini sudah tidak dapat lagi diterima.
Indahnya menjadi guru penyayang… inilah yang diidam-idamkan peserta didik saat ini. Guru harus mempu menampilkan wajah yang ramah, senyum selalu dan menyenangkan para siswa. Tidak lagi mengandalkan kekuatan otot (pisik) tapi lebih kepada otak dan hati (perasaan). Guru-guru yang mampu mengelola kelas dan pembelajarannya dengan penuh senyum maka itu pasti akan diterima peserta didik. Dan dengan itu pula akan tercipta proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan siswa. Di situlah keindahan proses pembelajaran akan tercapai. Guru bangga dan siswa pun akan puas tertawa.
Menghadapi dan mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan perinsip siswa kreatif, inovatif dan inspiratif –sesuai tuntutan Kurikulum 2013 itu sendiri—pembelajaran yang menyenangkan seperti sudah dituntut juga pada kurikulum sebelumnya adalah kuncinya. Sasaran ini tidak akan dapat diwujudkan jika guru masih menggunakan pendekatan keras atau kekerasan. Anak kreatif, inovatif dan inspiratif hanya akan lahir jika guru mampu menciptakan perasaan senang di hati siswanya. Maka mari, teman-teman guru untuk lebih mengedepankan rasa sayang dan menyenangkan dari pada pendekatan marah dan menakutkan.
Waah…… pada hal aku orangnya nyebelin loh…….payah deeh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar