Pewarisan
Gamelan Jawa kepada Generasi Muda
Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak ada yang mengenalkan. Selain itu tidak ada yang mengajarkan. Itu tidak bisa disalahkan karena mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah, tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda sekarang lebih menyukai jika membunyikan gamelan sesuka mereka dan dipasangkan dengan alat musik dan seni apa saja. Walaupun begitu, lewat cara-cara inilah gamelan mendapat jalan untuk lestari. Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat dengan gamelan.
Perlu dipikirkan pula demi kelestarian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh Adhi Luhur, penuh dengan estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang bermental luhur, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan dalam beribadah terhadap Tuhan, yaitu dengan sarana kerja keras dan itikat baik memetri atau menjaga seni dan budaya sendiri. Jangan sampai suatu saat nanti, anak cucu kita akan belajar Gamelan harus pergi ke Jepang dan Amerika. He heeee……..
Kami Barisan SMP N 4 Kepil
walau terletak jauh dari Keraton, tepatnya di daerah pegunungan , Desa
Gadingrejo, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, namun berniat untuk
melestarikan budaya jawa, namun sayang sekali, masih ada beberapa siswa yang
belum ikut serta mewujudkan pelestarian budaya jawa.
Maka dari itu, sekolah pun mengadakan ekstrakurikuler “Karawitan”
untuk menambah minat siswa yang mau ikut melestarikan budaya jawa. Peserta ekstrakurikuler
karawitan hanyalah belum banyak . karena siswa kurang tertarik pada ekstrakurikuler itu,
namun Insyaallah di waktu yang akan datang akan mbeludak pesertanya.
Pembimbing ekstrakurikuler karawitan adalah Bpk.Kardan,
sosoknya yang Low profil dan cenderung memelas namun berbudaya membuat peserta karawitan menjadi
cepat mempelajari beberapa lagu-lagu tembang jawa, sehingga ekstrakurikuler itu
pun menjadi pusat perhatian beberapa guru yang senang melestarikan budaya jawa
Alat musik gamelan yang lengkap serta ruangan yang cukup nyaman
membuat siswa karawitan menjadi betah untuk selalu memainkan alat-alat musik
yang terdiri dari Saron, Kenong, Bonang, Kendang, dan Gong.
Ekstrakurikuler ini selalu diadakan pada hari Senin setelah jam
pulang sekolah yaitu sekitar jam 13.00 – 15.00 WIB. Salah satu judul tembang
jawa yang selalu dimainkan oleh peserta karawitan adalah “Waru Doyong dan
Ladrang Wahyu”, paduan musik antara bonang dan saron yang membuat tembang ini
menjadi bervariasi dan sangat enak untuk didengar
Dengan senangnya, peserta karawitan pun memainkan tembang-tembang
jawa yang indah sampai-sampai ada beberapa siswa yang ikut menyaksikan
permainan gamelan itu, sekejap ruang gamelan pun menjadi sangat ramai.
Berikut adalah nama-nama Guru dan Karyawan peserta karawitan SMP Negeri4 Kepil :
– Rahayu Dewi Susilowati sebagai pemain Bonang Barung.
– Soleh, sebagai pemain Kendang
– Umi Hartini sebagai pemain Saron
– Sukaenah sebagai pemain Kethuk Kenong
– Turini sebagai pemain Kempul dan gong
– Pursiati,sebagai pemain Saron
– Hadi Rosadi sebagai pemain Saron
– Suyadi sebagai pemain Bonang Penerus
Sudah sepatutnya kita harus melestarikan Budaya
Indonesia agar tidak punah, dengan mengikuti kegiatan kecil seperti Karawitan.
Selain menyenangkan, kegiatan ini juga bisa menambah ilmu kita dalam permusikan
gamelan jawa, bukankah kita seharusnya bangga jika kita bisa bermain musik khas
Indonesia…. Okeeeeee?????