SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI, SUGENG RAWUH, SUGENG LENGGAH SINAMBI NYIMAK

Sabtu, 04 Juni 2016

TINGKAH LAKU YANG TERPUJI (AL-AKHLAQUL KARIMAH) edisi ROMADHON




A.  Pengertian Akhlaqul Karimah.
      Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna  Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.

B.  Kiat Menggapai Akhlaqul Karimah
     Sesungguhnya kemuliaan akhlak itu terwujud dengan memberikan apa yang dipunyai kepada orang lain, menahan diri sehingga tidak menyakiti, dan menghadapi gangguan atau tekanan dengan penuh kesabaran. Hal itu akan bisa digapai dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah lagi tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Simpul kemuliaan akhlak itu adalah: kamu tetap menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu, dan memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi dirimu.
      Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai akhlakul karimah tersebut. Secara sistemtik dan sungguh-sungguh menerapkan/melaksanakan hal-hal yang dipahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada lingkungan yang paling dekat bersifat privat, serta segerakan mulai dari saat ini.

C.  Akhlak-Akhlak Terpuji
     1.   Orang yang baik adalah orang yang baik akhlaknya
          Kriteria Orang Baik
          Adapun sebagian tanda orang yang memiliki akhlak yang baik, antara lain;
          a. Berbicara dengan kata-kata yang baik, baik kepada Orang tua/keluarga ataupun tetangganya. Melindungi dan menghormati orang tua, senang melakukan silaturrahmi, dan senang membantu orang lain terutama orang tuanya.
           b. Tidak menyakiti tetangga, tidak mengambil hak orang lain, tidak meneyebarkan aib orang lain, mampu memelihara amanat (rahasia) yang meneyebakan orang lain atau dirinya malu.
           c. Selalu membina tali persaudaraan, senang tolong menolong (gotong royong), selalu waspada terhadap sesuatu yang merugikan orang lain dan dirinya, berlaku adil dan bijaksana terhadap hukum dan kesenangan, serta berlomba-lomba dalam melakukan perbuatan baik.
          d. Memberikan dan mengucapkan salam dengan hormat, dan tidak berbicara yang bukan mengenai dirinya dengan berlebihan, tidak berbicara tentang masalah kepada orang lain pada saat yang tidak tepat, selalu memaafkan kesalahan orang lain, dan menjauhkan diri dari perkataan (omong) kosong.

2.    Orang yang paling berhak untuk dihormati
      عن أبي هريرة رضي اللهُ عَنْهُ: جَاءَ  رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فقال يا رسولَ اللهِ: مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمَكَ، قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: أُمُّكَ، قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ. (رواه البخاري ومسلم)
        Artinya: Abu Hurairah berkata: “seseorang datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku layani (dampingi)? Nabi menjawab: “ibumu”. Orang itu lalu bertanya: “Lalu siapa”. Jawab Nabi: “Ibumu!”. Lalu siapa, tanya orang itu. Jawab Nabi: “Ibumu!”. Kemudian siapakah? Jawab Nabi: “Ayahmu!” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
        Ibu adalah orang yang telah mengandung dan melahirkan kita serta memelihara dan mengasuh kita dengan segala kasih sayang tanpa memikirkan untung dan rugi. Sepantasnya beliau haruskita hormati dengan penuh khidmat. Begitu pentingnya seorang ibu, sehingga sampai tiga kali Rasulullah menekankan bahwa ibu lebih berhak menerima penghormatan dari ank-anaknya. Ini bukan berarti ayah dan oreang tua serta saudara-saudara yang lain tidak berhak dihormati, namun yang lebih dahulu adalah ibu, baru ayah dan yang lebihh dekat dari itu, baru yang lain. Juga begitu penting seorang ibu, sehingga Rasulullah saw. pernah menegaskan bahwa: Syurga itu ada dibawah telapak kaki para ibu. Kita wajib menghormati dan mencintai serta menyayangi ibu jjuga ayah kita, sebab keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua kita, sedangkan murka Allah pun terletak pada keduanya, khusus nya ibu , sebab doa ibu sangat maqbul, sekalipun doa itu merupakan kutukan. Kita ingat beberapa kisah yang pernah terjadi akibat durhaka pada ibu, seperti kisah Juraij dan sebagainya.

3.    Kejujuran membawa kepada kebajikan
 عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رضيَ اللهُ عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إلَى البِرِّ، وَإنَّ البِرَّ يَهْدِي إلى الجَنَّة، وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا، وَإنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إلى الفُجُوْرَ، وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إلى النارِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبَ حَتَّى يَكْتُبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا (رواه البخاري ومسلم)
  Artinya: “Abdulah ibn Mas’ud ra. Berkata: Nabi Saw. Bersabda: “Sesungguhnya benar/kejujuran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan  ke surga, dan seorang yang berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang sangat jujur. Sebaliknya, dusta membawa kepada kecurangan/perbuatan lacur, sedangkan kecurangan itu mengantarkan ke neraka. Dan seorang itu berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta (HR. al-Bukhari dan Muslim).
      Lawan dari kejujuran adalah dusta yang Allah telah melarang kita darinya. Rasulullah  juga telah melarang kita darinya. Sungguh dalam hadits ini Nabi telah menjelaskan kepada kita bahwa kedustaan akan menjerumuskan pelakunya kedalam maksiat yang akan memasukan pelakunya kedalam neraka. Sedangkan orang-orang yang terbiasa melakukan perbuatan dusta, maka dia akan digolongkan sebagai orang-orang pendusta dan termasuk yang berhak mendapat siksa dari Allah. Perbuatan dusta akan menjadikan pelakunya dibenci oleh Allah dan dibenci oleh makhluk-Nya. Maka hendaklah kita berperilaku jujur dengan menjauhi perbuatan dusta agar mendapat ridha dari Allah dan dimasukkan ke dalam surga.
      Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
      1.  Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
      2.  Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
      3.  Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
      4.  Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
      5.  Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
    6.  Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
      7.  Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
      8.  Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
      9.   Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.

4.    Berbuat baik dengan tetangga
      عن أبي شُرَيْحٍ العَدْوِي قالَ: سَمِعَتْ أذناي وأبصرتْ  عَيْنَايَ حِيْنَ تَكَلَّمَ النَّبي صلى الله عليه وسلم، فقالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنث بِاللهِ واليومِ الآخرِ فَلْيُكْرِمُ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ واليومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ“، قالَ وَمَا جَائِزَتُهُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: يومٌ وليلةٌ، والضِّيافةُ ثلاثةُ أيَّامٍ، فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذلك فَهُوَ صَدَقَةٌ عَليْه، ومَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ واليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ“ (رواه البخاري ومسلم)
     Abu Syuraih al-Adawi ra. berkata: telah mendengar kedua telingaku, juga telah melihat kedua mataku ketika Nabi Saw. Bersabda: ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka harus menghormati tamu jaizahnya. Sahabat bertanya: apa jaizahnya itu ya Rasul? Nabi menjawab: “Jaizahnya itu ialah hidangan jamuan pada hari pertama (sehari semalam). Dan hidangan untuk tamu itu tiga hari, yang selebihnya itu dianggap sebagai shadaqah.  Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir , maka harus berkata baik atau diam (al-Bukhari dan Muslim)
      Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.


Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar tetangga.
 
Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik
      seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
      gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas
      pembagian zakat.
     (c) Memberi salam jika berjumpa.
     (d) Menghadiri undangannya.
     (e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
     (f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
     (g) berempati kepada tetangga


D.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Dalam Berakhlak
1.   Genetik / turunan
           Akhlak: jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada, oleh karenanya keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah mempengaruhi terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya. Di sadari atau tidak bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua (ayah, ibu, dan lainnya) telah menuntun kepada sikap dan perilaku anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa proses pendidikan lebih banyak dinikmati oleh anak melalui mata, yakni mencapai 83%, dan hanya 11% melalui telinga atau nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui keterampilan. Dengan demikian orang sering mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.
       2.  Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
            Secara psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak adalah berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh faktor pengalaman dan kesadaran anak dalam kehidupan rumah tangga. Semakin baik kebiasaan rmah tangganya dalam pergaulan keseharian, maka semakin baik pula akhlak anak-anaknya, sebaliknya semakin rusak akhlak dalam rumah tangganya, maka semakin banyak kecenderungan memiliki akhlak yang buruk pula.
        3.  Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
             Faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak, semakin baik lingkungan hidup anak, maka semakin baik pula kemungkinan akhlaknya. Pepatah klasik mengatakan “bahwa dekat pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan dekat orang menjual minyak wangi maka akan keciupan baunya.
        4.   Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
              Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-qur’an dan as-sunnah, akan terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang demikian itu akan menunjukkan apa yang baik di mata Allah dan rasulnya, Baik dimata Allah adalah; Takwa dan sabar kepada Allah - mengabdi, selalu tunduk dan patuh kepada perintah-Nya, Berserah diri dan tawakkal kepada Allah, pandai bersyukur, Ikhlas dalam semua peristiwa yang terjadi dalam dirinya, serta khouf / takut dan Radja atau penuh harap.

1 komentar: